MAKALAH LAPORAN DAN PENULISAN
PENYEBAB KETERLAMBATAN PROYEK
KONSTRUKSI GEDUNG DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA
Disusun
oleh:
Adrianus
Jonbosi Endong (10316264)
KELAS 3TA05
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas izin, rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah dengan judul “Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi
Gedung dan Tindakan Pencegahannya” ini disusun dengan tujuan untuk
menyelesaikan tugas untuk mata kuliah Laporan dan Penulisan. Melalui makalah
ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu mengenal lebih jauh mengenai
penyebab keterlambatan sebuah proyek serta cara pencegahannya. Saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam proses
penyusunan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai
sasaran jangka
pendek yang telah ditentukan (ImamSuharto,1999). Dari definisi
tersebut dapat dikatakan bahwa konsep manejemen proyek konstruksi
mengandung
maksud sebagai berikut :
a. Manejemen
berdasarkan fungsinya yaitu merencanakan,
mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya
perusahaan
seperti manusia, keuangan, material dan peralatan.
b. Manajemen proyek
mempunyai waktu kegiatan yang dikelola berjangka pendek
dengan sasaran
yang telah ditentukan secara spesifik, dimana dalam
pelaksanaaannya
memerlukan teknik dan metoda pengelolaan yang khusus,
terutama dalam
aspek perencanaan dan pengendalian.
c.
Memakai pendekatan
sistem ( System approach to management).
d.
Mempunyai
Hierarki ( arus kegiatan ) horizontal dan
vertikal.
Keberhasilan dalam proses
penyelesaian proyek harus berpegang pada tiga kendala
(triple
constrain) yaitu sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai waktu dan biaya yang
ditetapkan.
Keterkaitan
waktu dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung perlu mendapat
perhatian serius
untuk menghindari keterlambatan proyek, sehingga diperlukan pengkajian
khusus dalam
proses pelaksanaan konstruksi. Keterlambatan proyek konstruksi bisa
saja disebabkan
salah dalam melakukan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek
dalam tahap perencanaan, atau bermacam-macam kemungkinan misalnya
disebabkan
Manajemen yang tidak tepat, masalah bahan material , tenaga kerja,
peralatan, keuangan,
dan lingkungan yang tidak mendukung sehingga terhambatnya
pelaksanaan
proyek. Dan secara pasti mengakibatkan keterlambatan pekerjaan. Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi tepat waktu, dapat di pastikan saling
menguntungkan baik kontraktor maupun owner, oleh sebab itu
perusahaan yang
baik akan selalu berusaha melaksanakan sesuai waktu yang telah di tetapkan atau
berusaha
meminimalkan keterlambatan dengan memilih tindakan koreksi yang
perlu dilakukan
dan mengambil keputusan berdasarkan analisa dari berbagai faktor
keterlambatan.
Oleh sebab itu diperlukan kajian untuk mengindentifikasi dan
menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan diatas, dalam penelitian ini diangkat permasalahan
sebagai berikut:
1.
Apa faktor- faktor yang mempengaruhi
keterlambatan sebuah proyek pembangunan?
2. Apakah ada faktor utama yang
mempengaruhi keterlambatan sebuah proyek pembangunan gedung?
3. Bagaimana solusinya agar tidak terjadi
keterlambatan dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan gedung?
1.3
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan
meliputi antara lain sebagai berikut:
1.
Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan gedung.
2.
Mengetahui faktor utama yang
mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan gedung.
3. Mengetahui tindakan yang perlu
diperhitungkan terhadap faktor faktor risiko yang dominan mempengaruhi
keterlambatan proyek pembangunan gedung.
1.4
Manfaat
Penelitian
1. Bagi pemrakarsa proyek pembangunan
gedung.
Penelitian ini dapat
dijadikan acuan dalam mencari tahu dan menyelesaikan suatu masalah yang dapat
menyebabkan keterlambatan proyek pembangunan gedung.
2.
Bagi mahasiswa dan masyarakat.
Penelitian ini dapat
menambah wawasan mereka tentang faktor-faktor keterlambatan proyek pembangunan
gedung dan cara mengatasinya.
BAB
II
TINJAU
PUSTAKA
Bangunan
adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukan
baik yang ada di atas, di bawah tanah atau di air. Bangunan biasanya di konotasikan
dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau insfrastruktur dalam
kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya.
Menurut
Wulfram ( 2004) Proyek konstruksi dapat di bedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan
yaitu :
a.
Bangunan gedung,dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1.
Proyek Konstruksi menghasilkan tempat
orang bekerja atau tinggal.
1.
Pekerjaan di laksanakan pada lokasi yang
relatif sempit.
3. Manajemen di butuhkan, terutama untuk progressing
pekerjaan.
b.
Bangunan Sipil, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1.
Proyek konstruksi di laksanakan untuk
mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas
atau panjang.
3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan
permasalahan.
BAB
III
LANDASAN
TEORI
3.1
Proyek
Konstruksi Gedung
Proyek konstruksi merupakan suatu
rangkaian kegiatan membuat suatu bangunan, yang
umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan teknik arsitektur. Di dalam suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan, kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara dan berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu untuk melaksanakan tugas dengan sasaran yang telah ditetapkan. Menurut Soeharto
(1999), Banyak kegiatan dan pihak-pihak yang
terlibat di dalam pelaksanaan proyek konstruksi
menimbulkan banyak permasalahan yang bersifat
kompleks.
Kompleksitas
proyek tergantung dari :
1.
Jumlah macam kegiatan di
dalam proyek.
2.
Macam dan jumlah
hubungan antar kelompok (organisasi) di dalam proyek itu
sendiri.
3.
Macam dan jumlah
hubungan antar kegiatan (organisasi) di dalam proyek
dengan pihak luar.
Kompleksitas
ini tergantung pada besar kecilnya ukuran
suatu proyek. Proyek kecil dapat saja bersifat lebih kompleks dari
pada proyek
dengan ukuran yang lebih besar. Kompleksitas memerlukan pengaturan dan
pengendalian
yang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam
pelaksanaan proyek,
maka diperlukan adanya manajemen proyek yang handal dan tangguh
untuk menopang
pelaksanaan proyek. Gambaran proses pekerjaan konstruksi
menurut
Hillebrandt (1988) sebagai sesuatu yang panjang, rumit dan melibatkan
banyak pihak.
Keberhasilan proses pekerjaan konstruksi sangat tergantung dari saling
keterkaitan
antara pihak yang terlibat dalam proses konstruksi. Dalam proses
konstruksi pihak-pihak
yang terlibat dapat dari perorangan/perusahaan sebagai pelaku
utama, dimana
pemilik, bisa swasta/swasta perorangan/pemerintah dan bertanggung
jawab atas konsepsi proyek, dan pemilik adalah pihak yang paling
menentukan. Pemilik
dibantu oleh Engineering/designer, seperti arsitek
atau consultan engineering. Untuk pelaksanaan fisik dikerjakan oleh
kontraktor umum
atau kontraktor spesialis.
3.2
Manajemen Proyek Konstruksi Gedung
Manajemen proyek konstruksi
mempunyai karakteristik, unik, melibatkan banyak
sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Dalam
proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala ( triple constrain): sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule dan sesuai biaya yang ditetapkan (Wulfram, 2007) Selanjutnya Wulfram mengatakan tujuan dari manajemen proyek adalah untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang
terbatas di peroleh hasil maksimal dalam hal
ketepatan, kecepatan, penghematan dan
keselamatan kerja secara komprehensif. Menurut Soeharto (1999). Adapun tujuan dari proses manajemen proyek adalah sebagai berikut:
a. Agar semua rangkaian
kegiatan tersebut tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi
keterlambatan penyelesaian suatu proyek
b. Biaya yang sesuai,
maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi di luar dari
perencanaan biaya yang telah di rencanakan.
perencanaan biaya yang telah di rencanakan.
c. Kualitas sesuai dengan
persyaratan.
d.
Proses kegiatan sesuai
persyaratan.
Manajemen
merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan
perencana
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan atau pelaksana (actuating), dan pengawasan (controlling), yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan atau pelaksana (actuating), dan pengawasan (controlling), yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
3.3
Konsep
Perencanaan Konstruksi
Menurut
(Asiyanto,2005),berdasarkan kontrak konstruksi dan dokumen gambar dan
spesifikasi teknis yang ada, maka harus disusun suatu perencanaan pelaksanaan agar
sasaran yang ingin dicapai dapat direalisasikan. Keberhasilan proyek konstruksi
sangat ditentukan oleh Perencanaan konstruksi
baik dalam pengelolaan dan pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain mencangkup:
a.
Pemilihan teknologi.
b.
Definisi tugas pekerjaan.
c.
Estimasi sumber daya yang diperlukan.
d.
Durasi untuk tugas individu.
e.
Identifikasi dari setiap interaksi di
antara
berbagai tugas pekerjaan.
berbagai tugas pekerjaan.
Rencana pembangunan konstruksi yang
baik adalah
dasar untuk mengembangkan anggaran, jadwal
dan mutu pekerjaan. Selain itu penggunaan
Subkontraktor dalam perencanaan teknis
konstruksi perlu keputusan organisasi. Sedangkan
langkah-langkah perencanaan yang
perlu dilakukan setelah data-data yang terkumpul dan cukup lengkap dari
berbagai aspek yang dianggap perlu.
Antara lain melakukan kajian terhadap
gambar rencana dan spesifikasi teknis
proyek yang ada, jika nantinya
tidak sesuai dengan kondisi pelaksanaan
dapat disempurnakan dengan melakukan
konfirmasi ke konsultan perencana. Kemudian
melakukan perhitungan yang lebih teliti
terhadap volume pekerjaan, kebutuhan material,
peralatan serta tenaga kerja yang digunakan.
Dan dilanjutkan menyusun anggaran
biaya pelaksanaan yang rinci yang disesuaikan
dengan alokasi sumber daya yang dibutuhkan
dan dana yang tersedia. Kemudian
memilih jenis teknologi dan peralatan
yang sesuai dengan kebutuhan. Dan perumusan
rincian kegiatan dengan jadwal yang
akurat dan terpadu. Serta melakukan persiapan
aspek administratif, pengadaan serta pengorganisasian
pihak-pihak yang terlibat, penyusunan
program kerja, perencanaan pengelolaan
risiko, perencanaan kesehatan dan keselamatan
kerja serta perencanaan sistem informasi
manajemen.
3.4
Faktor Risiko
Faktor
risiko yang melekat pada proyek konstruksi adalah ketidakpastian (uncertainty).
Ketidakpastian sendiri dapat dibedakan antara
lain. Ketidakpastian Risiko yang terkait
dengan keadaan adanya ketidakpastian dan
tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif,
apabila kita dapat memperoleh informasi.
Selanjutnya Ketidakpastian yang diartikan
dengan keadaan dimana ada beberapa
kemungkinan kejadian yang akan menyebabkan
hasil yang berbeda, tetapi tingkat
kemungkinan atau probabilitas kejadiannya
tidak diketahui secara kuantitatif,(Bramantyo,2008).
Menurut PMBOK (Project Management Institute
Body of Knowledge,2008) definisi manajemen
risiko adalah merupakan proses formal
dimana faktor-faktor risiko secara sistematis
diidentifikasi, dianalisis, respon, dan dikendalikan.
Merupakan suatu metode pengelolaan
sistematis yang formal yang berkonsentrasi
pada mengidentifikasi dan mengendalikan
area atau kejadian-kejadian yang
berpotensi untuk menyebabkan terjadinya
perubahan yang tidak diinginkan. Di
dalam konteks suatu proyek, merupakan suatu seni dan iptek dalam
mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon
terhadap faktor-faktor risiko yang ada selama pelaksanaan suatu proyek. Enam tahapan dalam manajemen risiko,
antara lain:
a.
Perencanaan Manajemen Risiko.
b.
Identifikasi Risiko.
c.
Analisa Risiko Kualitatif.
d.
Analisa Risiko Kuantitatif.
e.
Perencanaan Respon Risiko.
f.
Kontrol dan Monitoring Risiko.
Adapun tujuan tujuan dari manajemen
risiko adalah
untuk meningkatkan kinerja proyek dari
awal sampai selesai dengan melakukan identifikasi,
evaluasi, dan kontrol yang berhubungan
dengan risiko proyek.
3.5
Kinerja Waktu Proyek Konstruksi
Menurut Abrar
(2009) standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan
kegiatan proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya, dari semua informasi dan data yang diperoleh dilakukan
proses penjadwalan sehingga akan ada output
berupa format-format laporan lengkap mengenai progress waktu. Seperti Barchart,
Network Planning, Kurva S dan kurva Earned
Value. Hasil pemantauan dari laporan pada
format-format diatas, perlu dilakukan evaluasi
dan koreksi dengan cara memperbarui data
dan informasi agar kinerja waktu tercapai
sesuai rencana. Selanjutnya masalah-masalah
yang timbul yang dapat menghambat kinerja
waktu adalah sebagai berikut.
1.
Alokasi penempatan sumber daya tidak efektif karena penyebarannya
fluktuatif
dan ketersediaan sumber daya yang tidak mencukupi.
dan ketersediaan sumber daya yang tidak mencukupi.
2.
Terjadinya keterlambatan proyek disebabkan oleh :
a.
Jumlah tenaga kerja yang terbatas.
b.
Peralatan yang tidak mencukupi.
c.
Metode kerja yang salah.
d.
Kondisi cuaca yang buruk.
Disamping itu waktu proyek dapat juga dipengaruhi oleh aspek sosial ekonomi,
menurut Yasin (2006) aspek sosial ekonomi merupakan aspek yang sulit diprediksi karena tergantung dari karakteristik, kondisi masyarakat setempat, dan
permasalahan pada bidang ekonomi yang mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap kelancaran proyek. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam aspek sosial ekonomi yang dikutip dari Tangdialla adalah disebabkan :
menurut Yasin (2006) aspek sosial ekonomi merupakan aspek yang sulit diprediksi karena tergantung dari karakteristik, kondisi masyarakat setempat, dan
permasalahan pada bidang ekonomi yang mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap kelancaran proyek. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam aspek sosial ekonomi yang dikutip dari Tangdialla adalah disebabkan :
a.
Keharusan menggunakan tenaga
kerja tertentu
disekitar proyek berada yang
bertujuan mengurangi kecemburuan sosial (Yasin,2006), tetapi keharusan memakai tenaga kerja tersebut berdampak pada pelaksanaan proyek konstruksi, karena produktivitas pekerja yang rendah karena kurangnya pengalaman.
bertujuan mengurangi kecemburuan sosial (Yasin,2006), tetapi keharusan memakai tenaga kerja tersebut berdampak pada pelaksanaan proyek konstruksi, karena produktivitas pekerja yang rendah karena kurangnya pengalaman.
b.
Keselamatan kerja menurut
(Nunnally, 1998
) adalah salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek terutama pada waktu dan biaya. Penyebab-penyebab sekunder kecelakaan kerja yang terjadi dipengaruhi oleh antara lain hubungan kerja, komunikasi kerja, persaingan kerja, penataan tempat kerja dan sarana keselamatan kerja (Majalah Konstruksi, Juni 1995). Sedangkan kecelakaan kerja disebabkan kecelakaan primer yang terjadi karena batas waktu pelaksanaan proyek semakin dekat sehingga mengabaikan keselamatan kerja.
dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek terutama pada waktu dan biaya. Penyebab-penyebab sekunder kecelakaan kerja yang terjadi dipengaruhi oleh antara lain hubungan kerja, komunikasi kerja, persaingan kerja, penataan tempat kerja dan sarana keselamatan kerja (Majalah Konstruksi, Juni 1995). Sedangkan kecelakaan kerja disebabkan kecelakaan primer yang terjadi karena batas waktu pelaksanaan proyek semakin dekat sehingga mengabaikan keselamatan kerja.
c.
Faktor keamanan dalam suatu
proyek menurut
Ritz (1994) perlu diperhatikan
untuk menghindari kehilangan material dan peralatan dalam lokasi proyek yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak berkepentingan sehingga mengganggu pelaksanaan proyek. Oleh sebab itu, menurut Gustavson, (1995). Kualitas dan keamanan proyek harus terus diperhatikan baik itu pada saat pelaksanaan proyek berlangsung ataupun pada malam hari ataupun pada hari libur.
untuk menghindari kehilangan material dan peralatan dalam lokasi proyek yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak berkepentingan sehingga mengganggu pelaksanaan proyek. Oleh sebab itu, menurut Gustavson, (1995). Kualitas dan keamanan proyek harus terus diperhatikan baik itu pada saat pelaksanaan proyek berlangsung ataupun pada malam hari ataupun pada hari libur.
d. Pemakaian material yang telah
ditetapkan sesuai dengan anjuran dari pemerintah untuk menggunakan produk dalam negeri dalam rangka guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
menghemat devisa, dan jika anjuran itu
diatur dalam suatu undang-undang khusus
yang sifatnya tegas, menurut Yasin (2006),
memungkinkan akan menghambat penyelesaian proyek jika mendapatkan bahan bangunan tertentu tidak terpenuhi.
3.6
Pelaksanaan Proyek Konstruksi
Sumber daya merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan, oleh sebab itu harus diperhatikan dalam pelaksanaan proyek
konstruksi.
Sumber daya material merupakan salah satu sumber permasalahan proyek
yang mempengaruhi
terjadinya keterlambatan proyek. Dalam mengadakan sumber daya
manajemen harus
mempunyai informasi-informasi yang dapat menunjang kegiatan proyek, memiliki
dokumen, prosedur dan jadwal sesuai dengan deskripsi kerja
yang
ada. Menurut ( Huston 1998) untuk menjalankan kualitas dari kontrak pekerjaan,
persyaratan kualitas yang ditetapkan pemilik proyek dapat digunakan untuk pendekatan harga dan schedule dalam pengerjaan proyek. persyaratan-persyaratan yang harus dipertimbangkan untuk mengatur material, peralatan, engginering dan kontrak konstruksi. Oleh sebab itu dalam mengadakan sumber daya, perlu diketahui beberapa hal, antara lain:
ada. Menurut ( Huston 1998) untuk menjalankan kualitas dari kontrak pekerjaan,
persyaratan kualitas yang ditetapkan pemilik proyek dapat digunakan untuk pendekatan harga dan schedule dalam pengerjaan proyek. persyaratan-persyaratan yang harus dipertimbangkan untuk mengatur material, peralatan, engginering dan kontrak konstruksi. Oleh sebab itu dalam mengadakan sumber daya, perlu diketahui beberapa hal, antara lain:
a.
Sumber daya yang
dibutuhkan dan persyaratan pengadaan sumber daya?
b.
Sumber daya
didatangkan dari mana?
c.
Bagaimana
pengelolaan sumber daya?
Menurut Park
(1979), Kegagalan kontraktor didalam pelaksanaan proyek konstruksi
sering terjadi, kegagalan tersebut disebabkan
oleh:
a.
Ketidakcakapan
(incompetenci).
b.
Kurang pengalaman manajerial
(lack of
managerial experience).
c.
Ketidakseimbangan pengalaman (Unbalanced experience).
d.
Kurang pengalaman dalam
bisnis konstruksi
(lack experience in the line).
e.
Kelalaian (Negleckt).
f.
Penipuan (Fraud).
g.
Bencana
(Disaster).
Kompleksitas
disain merupakan fungsi dari constructability, pemakaian
teknologi maju metoda dan peralatan khusus serta integrasi bermacam-macam
disiplin. Metode yang baik sangat berpengaruh terhadap barunya alat
yang digunakan.
Kontraktor yang memiliki pengalaman terhadap metode dan alat yang
digunakan, akan
menghadapi risiko yang lebih kecil.( Jahren & Ashe 1990).
BAB IV
METODE
PENELITIAN
4.1 Kerangka Pemikiran
Menurut
Narbuko (2007), mengatakan seluruh kegiatan sejak dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan penyelesaiannya
harus merupakan satu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh, menuju kepada satu tujuan yang tunggal, yaitu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah. Dari studi Literature untuk
mengetahui dan mengumpulkan factor-faktor yang mempengaruhi
keterlambatan proyek, didapat 6 (
enam) Sumber faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlambatan proyek konstruksi
adalah:
1.
Pencapaian spesifikasi.
2.
Ketersediaan material.
3.
Sumber Daya Manusia tidak memadai.
4.
Keterlambatan alat.
5.
Sistim pengendalian proyek.
6.
Metoda pelaksanaan.
Dari enam sumber risiko dapat pula
ditentukan rincian dari sumber risiko yang merupakan
dampak dari keterlambatan proyek konstruksi,
dan didapat rincian faktor faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek, sebagai
berikut:
1.
Keahlian dan
sumber daya yang tidak cukup untuk melaksanakan desain spesifikasi.
2.
Melakukan perubahan terhadap desain.
3.
Mutu material tidak sesuai dengan spesifikasi.
4.
Kenaikan harga material bahan bangunan.
5.
Material yang di gunakan kurang yang di butuhkan.
6.
Penumpukan material di lokasi proyek.
7.
Ketidak tepatan waktu pemesanan bahan.
8.
Kekurangan bahan konstruksi.
9.
Menempatkan tenaga kerja yang kurang berpengalaman di bidangnya.
10.
Jumlah tenaga kerja yang tidak mencukupi.
11.
Menggunakan tenaga kerja yang kurang terampil di bidangnya.
12.
Kekurangan tenaga kerja.
13.
Mutu peralatan yang di gunakan kurang
baik.
14.
Alat yang di gunakan tidak sesuai dengan spesifikasi.
15.
Jumlah peralatan kurang dari yang dibutuhkan.
16.
Kerusakan alat.
17.
Schedule pelaksanaan
tidak sesuai yang di rencanakan.
18.
Jadwal pengadaan material tidak sesuai yang di rencanakan.
19.
Metoda pelaksanaan pekerjaan tidak tepat.
20.
Metode pengoperasian alat tidak
tepat.
Variabel-variabel tersebut diatas
diperoleh melalui studi literatur dan survei kepada
responden dan kepada para pakar. Kemudian
dilanjutkan dengan mencari tingkat pengaruh
dari masing-masing variabel. Dan masing-masing faktor
tersebut menghasilkan tingkat pengaruh
terhadap peningkatan kinerja waktu proyek.
4.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan cara survey melalui pengisian kuisioner dan wawancara
kepada responden. Data yang akan diteliti dan dianalisa secara rinci terdiri
dari data
primer dan data sekunder.
a.
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan studi
lapangan. Data primer didapat melalui survei dengan teknik wawancara kepada pakar yang bekerja di bidang jasa konsultan/konstruksi dan para pelaku pengambil kebijakan.
lapangan. Data primer didapat melalui survei dengan teknik wawancara kepada pakar yang bekerja di bidang jasa konsultan/konstruksi dan para pelaku pengambil kebijakan.
b.
Data Sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari studi
literatur, merupakan data yang sudah diolah, meliputi : Data yang digunakan
sebagai landasan teori dari penelitian, yang diperoleh dari buku-buku, jurnal,
makalah, serta dari penelitian yang berkaitan terdahulu.
literatur, merupakan data yang sudah diolah, meliputi : Data yang digunakan
sebagai landasan teori dari penelitian, yang diperoleh dari buku-buku, jurnal,
makalah, serta dari penelitian yang berkaitan terdahulu.
Pengumpulan data dilakukan dengan
cara menyebarkan
kuisioner pada responden. Dengan
kriteria dan persyaratan sebagai berikut:
a.
Penelitian akan dilakukan terhadap proyek konstruksi gedung yang
berada di Propinsi Sumatera Barat.
b.
Difokuskan pada pelaksanaan pengadaan proyek jasa konstruksi
pemerintah dengan menerapkan Keppres 80 Tahun 2003.
pemerintah dengan menerapkan Keppres 80 Tahun 2003.
c.
Kontraktor golongan Kecil dan Menengah.
d. Populasi penelitian ini melibatkan Owner, Kontraktor, Konsultan
perencana dan Konsultan Supervisi.
Sedangkan Sampel responden yang
digunakan adalah yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini
berdasarkan dari reputasi, pengalaman
dan kerjasama sebagai berikut:
a.
Responden penelitian adalah owner dan konsultan supervisi dan kontraktor.
b.
Owner adalah kepala satker dan penjabat pembuat komitmen serta pengendali
teknis.
c. Bagi konsultan supervisi dan kontraktor memiliki pengalaman memimpin
perusahaan jasa konstruksi.
d.
Memiliki pendidikan yang menunjang di bidangnya dan reputasi yang baik.
BAB
V
ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisa Hubungan Antara Kinerja Waktu Konstruksi dengan Factor Risiko
Hasil
tabulasi data digunakan sebagai data input ke dalam SPSS 17, input data merupakan
hasil dari sampel varibel faktor risiko yang
mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Bukittinggi.
Analisa statistic deskriptif dengan cara
menjumlahkan data seluruh individu dalam
kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah
individu yang ada pada kelompok tersebut.
Hal ini
dapat dilihat dengan rumus berikut:
i = n
i = 1
Me =......................................
n
Dimana:
Me = Nilai rata-rata (mean)
N = Jumlah responden
Xi = Frekuensi pada (i) yang diberikan responden terhadap masing- masing Faktor Keterlambatan
i = kategori index responden
Me = Nilai rata-rata (mean)
N = Jumlah responden
Xi = Frekuensi pada (i) yang diberikan responden terhadap masing- masing Faktor Keterlambatan
i = kategori index responden
Untuk variable bebas, penilaian terhadap dampak/pengaruh risiko
dapat dilihat seperti tabel 5.1 dibawah
ini.
Tabel 5.1
Skala Dampak/ Pengaruh Risiko
Skala
|
Penilaian
|
Keterangan
|
1
|
Sangat
rendah
|
Tidak
berdampak pada waktu pelaksanaan proyek
|
2
|
Rendah
|
Kadang
berdampak pada waktu pelaksanaan proyek
|
3
|
Sedang
|
Berdampak
pada waktu pelaksanaan proyek
|
4
|
Tinggi
|
Sering
berdampak pada waktu pelaksanaan proyek
|
5
|
Sangat
tinggi
|
Selalu
berdampak pada waktu pelaksanaan proyek
|
Dari Analisa statistik deskriptif yang dilakukan pada penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan nilai mean dan median dari keseluruhan
penilaian yang telah diberikan oleh responden atas variabel yang telah
ditanyakan . Penggunaan dari nilai mean ditujukan untuk mendapatkan gambaran
secara kualitatif mengenai respon dari responden. Tabel deskriptif dampak
factor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi
adalah seperti tabel 5.2 dibawah ini.
Tabel 5.2 Deskriptif Dampak factor
resiko yang mempengaruhi kinerja
waktu pelaksaan proyek konstruksi.
waktu pelaksaan proyek konstruksi.
Variabel
|
Faktor
risiko yang mempengaruhi keterlambatan proyek
|
Tingkat
dampak risiko
|
|
Mean
|
Median
|
||
X1
|
Keahlian
yang tidak cukup melaksanakan desain spesifikasi
|
4,7419
|
5,00
|
X2
|
Melakukan
perubahan terhadap desain
|
4,8387
|
5,00
|
X3
|
Mutu
material tidak sesuai dengan spesifikasi
|
2,9677
|
3,00
|
X4
|
Kenaikan
harga material
|
2,4839
|
2,00
|
X5
|
Material
kurang dari yang dibutuhkan
|
4,6129
|
5,00
|
X6
|
Penumpukan
material dilokasi proyek
|
3,9677
|
4,00
|
X7
|
Ketidaktepatan
waktu dalam pemesanan bahan
|
4,1935
|
4,00
|
X8
|
Kekurangan
bahan konstruksi
|
3,9032
|
4,00
|
X9
|
Menempatkan
tenaga kerja yang tidak berpengalaman di bidangnya
|
4,2903
|
5,00
|
X10
|
Jumlah
tenaga kerja yang kurang dari yang dibutuhkan
|
4,1613
|
4,00
|
X11
|
Menggunakan
tenaga kerja yang tidak terampil di bidangnya
|
4,6452
|
5,00
|
X12
|
Kekurangan
tenaga kerja
|
2,9032
|
3,00
|
X13
|
Mutu
yang digunakan kurang baik
|
3,2258
|
4,00
|
X14
|
Alat
yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi
|
4,0323
|
4,00
|
X15
|
Jumlah
peralatan yang kurang dibutuhkan
|
4,5806
|
5,00
|
X16
|
Kerusakan
alat
|
3,5484
|
4,00
|
X17
|
Jadwal
perencanaan yang tidak sesuai dengan perencanaan
|
3,7742
|
4,00
|
X18
|
Jadwal
pengadaan material yang tidak sesuai yang direncanakan
|
3,8065
|
4,00
|
X19
|
Metode
pelaksanaan tidak tepat
|
3,9032
|
4,00
|
X20
|
Metode
pengoperasian alat tidak tepat
|
4,9032
|
5,00
|
Adapun grafik deskriptif dampak faktor risiko yang mempengaruhi
kinerja waktu
pelaksanaan proyek konstruksi adalah seperti Gambar 5.1 dibawah ini.
pelaksanaan proyek konstruksi adalah seperti Gambar 5.1 dibawah ini.
Gambar 5.1. Grafik Deskriptif Dampak
Faktor Risiko yang mempengaruhi
kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi gedung.
kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi gedung.
Dari data dan grafik didapat nilai
rata-rata tertinggi adalah pada variabel :
X 20 ( Metode pengoperasian alat tidak tepat)
X 20 ( Metode pengoperasian alat tidak tepat)
X 2 ( Melakukan perubahan terhadap
disain)
X 1 ( Keahlian yang tidak cukup untuk perubahan desain spesifikasi)
X 11 ( Menggunakan tenaga kerja yang tidak terampil)
X 5 ( Material yang digunakan kurang dari yang dibutuhkan )
Kemudian untuk nilai rata – rata terendah yaitu pada variabel :
X4 ( Kenaikan harga material bahan bangunan)
X3 (Mutu material tidak sesuai dengan spesifikasi)
Untuk variabel Y, yang merupakan kinerja waktu pelaksanaan proyek, diperoleh nilai modus ( mode) sebesar 4, 84 yang berarti kinerja waktu tinggi.
X 1 ( Keahlian yang tidak cukup untuk perubahan desain spesifikasi)
X 11 ( Menggunakan tenaga kerja yang tidak terampil)
X 5 ( Material yang digunakan kurang dari yang dibutuhkan )
Kemudian untuk nilai rata – rata terendah yaitu pada variabel :
X4 ( Kenaikan harga material bahan bangunan)
X3 (Mutu material tidak sesuai dengan spesifikasi)
Untuk variabel Y, yang merupakan kinerja waktu pelaksanaan proyek, diperoleh nilai modus ( mode) sebesar 4, 84 yang berarti kinerja waktu tinggi.
Tabel 5.3. Frekuensi kemunculan Kinerja
Y
Valid
|
Ferequency
|
Percent
|
Valid
percent
|
Cumulative
percent
|
4,00
5,00
Total
|
5
26
31
|
16,1
83,9
100,0
|
16,1
83,9
100,0
|
16,1
100,0
|
Gambar 5.2 Histogram Variabel Y
5.2 Temuan dan Bahasan
Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui faktor apa yang dominan yang berpengaruh
tinggi terhadap kinerja waktu pelaksanaan
proyek konstruksi. Berdasarkan hasil pengolahan data, ditemui 20 peringkat faktor
risiko dari (enam) sumber risiko yang ada pada
pelaksanaan proyek konstruksi. Terdapat bebrapa variabel
yang dominan dari faktor risiko yang paling
yang berdampak dengan keterlambatan proyek
konstruksi, yaitu:
1.
Metode pengoperasian alat tidak tepat
2.
Melakukan perubahan terhadap disain
3.
Keahlian yang tidak cukup untuk perobahan desain spesifikasi
4.
Menggunakan tenaga kerja yang tidak terampil
5.
Material yang digunakan kurang dari
yang dibutuhkan.
Sedangkan faktor risiko yang mendapatkan peringkat terendah adalah
Sedangkan faktor risiko yang mendapatkan peringkat terendah adalah
1.
Kenaikan harga material bahan bangunan.
2.
Mutu material tidak sesuai dengan spesifikasi.
Adapun tindakan Preventive dan Corective untuk masing-masing faktor risiko yang dominan terhadap keterlambatan proyek dapat dilakukan sebagai berikut.
Adapun tindakan Preventive dan Corective untuk masing-masing faktor risiko yang dominan terhadap keterlambatan proyek dapat dilakukan sebagai berikut.
1.
Metode
pengoperasian alat tidak tepat
Mencegah
keterlambatan akibat pengoperasian alat tidak tepat, dengan
kontraktor harus
menggunakan peralatan yang sesuai
dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, baik jenis peralatan
maupun kapasitasnya.
Dalam penawaran harus sudah diperhitungkan peralatan yang
dipakai yang
sesuai dengan kondisi pekerjaan dan lokasinya. Disamping itu
operator yang menjalankan
peralatan harus terampil
dan berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu
operator yang akan
digunakan terlebih dahulu dilatih agar dalam pelaksanaan
pekerjaan tidak
ditemui permasalahan.
2.
Melakukan perubahan terhadap disain
Kontraktor harus mempelajari gambar-gambar desain
yang akan dikerjakan sebelum
pelaksanaan dimulai , bila ada hal-hal
yang meragukan dalam desain tersebut segera
didiskusikan dengan pemilik proyek dan
konsultan pengawas untuk diambil
langkah-langkah perbaikannya. dengan
demikian setiap perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa pelaksanaan proyek,
harus sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku.
3.
Menggunakan tenaga kerja yang tidak terampil
Untuk tindakan preventive, kontraktor harus bisa menyediakan tenaga
pelaksana yang mampu membina tenaga
kerja yang kurang terampil menjadi
terampil di bidangnya, dengan pemilihan
tenaga pelaksana yang akan melaksanakan
pekerjaan harus selektif. Sebelum pekerjaan dilaksanakan
dilakukan pelatihan in the jon Training. Dengan mengutamakan tenaga pelaksana yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis sehingga dapat mengajarkan ilmunya kepada tenaga kerja yang kurang terampil.
dilakukan pelatihan in the jon Training. Dengan mengutamakan tenaga pelaksana yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis sehingga dapat mengajarkan ilmunya kepada tenaga kerja yang kurang terampil.
BAB VI
KESIMPULAN
Hasil
dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa permasalahannya akibat Metode pengoperasian alat tidak tepat, Melakukan
perubahan terhadap disain, Keahlian yang
tidak cukup untuk perubahan desain spesifikasi, Menggunakan tenaga kerja yang
tidak terampil, dan Material yang digunakan
kurang dari yang dibutuhkan. Pada masa pelaksanaan proyek konstruksi dapat mempengaruhi waktu atau keterlambatan proyek konstruksi, dengan mengetahui faktor
resiko yang dominan dapat membantu untuk
mengambil keputusan dalam menentukan tindakan koreksi yang paling sesuai, untuk
mengurangi resiko seminimal mungkin sampai
pada batas yang dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA
1.
AbrarHusen, (2008) Manajemen proyek, perencanaan,penjadwalan
&pengendalian proyek ,Yogyakarta : Penerbit Andi .
2.
Asiyanto,(2005).Construction Project Cost Management, Jakarta : Pradnya
Paramita
3.
Bramantyo Djohanputro, (2008) , Manajemen Risiko Korporat, (Jakarta : Penerbit
PPM.
4.
Imam Suharto, ( 1999) Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional)
Jilid 1, Edisi kedua, Jakarta, penerbit Erlangga
5.
C. T. Jahren, and M. Ashe, “Predictors of Cost Overrun Rates,” ASCE
–Journal of Construction Engineering and Management, 1990
6.
Nazarkhan Yasin,(2006). Mengenal kontrak konstruksi di
Indonesia,Jalakta:
Penerbit Gramedia.
Penerbit Gramedia.
7.
Narbuko,Cholid dan Ahmadi H.Abu(2003),Metodologi Penelitian, Jakarta:
Penerbit PT Bumi Aksara .
8.
Ritz, George. J. Total Construction Project Management.