Senin, 31 Oktober 2016

LISTRIK PINTAR TANPA PLN



LISTRIK PINTAR TANPA PLN
Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang berlimpah, seperti energi matahari, energi angin, energi air, energi gelombang laut, dan lain sebagainya. Sumber-sumber ini terdapat di lingkungan desa dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat desa. Oleh karena itu, pengembangan listrik untuk desa dengan energi terbarukan, merupakan solusi untuk menjawab akses listrik untuk desa yang cukup rendah.Setiap desa memiliki karakter dan kebutuhan yang mungkin berlainan satu sama lainnya. Namun semua kebutuhan tersebut dapat hanya dipenuhi oleh pembangkit listrik dari tenaga surya. Berikut adalah cara untuk mengetahui kebutuhan listrik untuk desa:
  1. Tentukan kebutuhan peruntukan listrik, misalkan apakah listrik untuk perorangan, komunitas atau desa secara keseluruhan? Apakah listrik hanya untuk penerangan atau diperuntukkan untuk alat lain, seperti komputer, pompa air, dan lain sebagainya?
  2. Tentukan besaran total kapasitas yang digunakan. Misalkan penerangan rumah memerlukan lampu 3 unit LED 3 watt yang digunakan 12 jam malam hari, sehingga total kapasitas adalah 108 watt/hari. Atau pompa air untuk irigasi dengan daya 300 watt digunakan 4 jam setiap hari, sehingga total kapasitas perhari adalah 1200 watt/hari.
  3. Selalu ingat bahwa penyinaran matahari di Indonesia adalah 4 jam. Beberapa daerah kota besar, memiliki penyinaran hanya 3 jam, dan beberapa daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa memiliki waktu penyinaran hingga 5 jam. Namun 4 jam penyinaran, dapat menjadi standar acuan.
  4. Untuk memperoleh hitungan kapasitas sementara sistem panel surya terpasang, cukup bagi total kapasitas dengan 4 jam penyinaran. Misalnya untuk penerangan 108 watt/hari, jika dibagi 4 maka didapat angka 27. Maka angka 27 tersebut dapat diartikan sebagai 27 Wp kapasitas panel surya.
  5. Tentukan lokasi pemasangan. Jika sistem panel surya terpasang di atap, maka biayanya akan cenderung lebih tinggi dibanding hanya diletakkan di atas tanah. Kapasitas panel surya yang lebih besar membutuhkan lahan yang lebih luas, dan lain sebagainya.
5 poin diatas adalah penting diketahui untuk menghitung kebutuhan listrik untuk desa. Gunakan informasi diatas untuk berkomunikasi dengan penyedia produk sistem panel surya.
Alternati Pembangkit tenaga listrik :
Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah pastinya memiliki potensi untuk dapat menghasilkan energi listrik. Tidak hanya dengan menggunakan sumber bahan bakar minyak, tapi bisa dengan berbagai alternatif bahan bakar yang disediakan nusantara ini.
Beberapa alternatif Pembangkit Listrik yang dapat digunakan oleh masyarakat seperti :

1.   Pembangkit Listrik tenaga Matahari
Sebagai negara dengan iklim tropis, ketersediaan sinar matahari sangat bagus dan berlangsung lama. Negara kita sangat luas, berada di khatulistiwa yang bisa membuat siang hari terasa sangat panas. Sangat disayangkan bila kita tak bisa memanfaatkan sumber alam terbarukan ini.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terdiri dari Solar Cell yang memanfaatkan matahari sebagai sumber energinya. Teknologi ini sudah ditemukan sejak tahun 1941 dan diaplikasikan oleh NASA dan militer Amerika Serikat. Energi Surya dapat diaplikasikan di hampir semua peralatan yang menggunakan listrik: aplikasi rumah tangga (lampu, radio, TV, DVD player, parabola, komputer, kipas angin, rice cooker, kulkas, pompa air, air conditioner), aplikasi pertanian dan peternakan.
Mungkin kendala yang saat ini terjadi adalah masih mahalnya biaya pembuatan pembangkit listrik bertenaga surya ini karena harga komponennya yang masih mahal. Tapi bila komponen itu dapat dibuat sendiri oleh anak bangsa, dengan bantuan pemerintah pastinya, harga komponen tersebut dapat melancarkan usaha pembangunan pembangkit tenaga surya ini.
Pembangkit jenis ini akan sangat ccocok ditempatkan pada daerah luas didekat khatulistiwa seperti di kalimantan dan sulawesi di pedalaman.
Hasil gambar untuk sel surya

2.   Pembangkit listrik tenaga Biogas
Pembangkit listrik jenis ini sudah semakin banyak kita temui di masyarakat, paling tidak dari surat kabar yang memuatnya. Beberapa desa di Indonesia ada yang telah mengaplikasikan-nya secara swasembada seperti di desa rantau sakti Riau dengan limbah sawit dan berbagai daerah lain.
Pembangkit biogas ini secara umum menggunakan materi organik sisa, seperti kotoran sapi dll sebagai bahan dasar. Setelah itu akan ditambahkan mikroorganisme tertentu untuk fermentasi Hasil dari fermentasi ini nantinya adalah senyawa gas biometan yang dapat digunakan untuk menjalankan turbin pembangkit tenaga listrik.
Pembangkit jenis ini akan dapat dimanfaatkan secara luas, mengingat di setiap daerah pasti akan ada sampah. Seperti sampah perkebunan sawit, sampah perkebunan tebu, sampah limbah peternakan, perikanan dan lain-lain.
Hasil gambar untuk listrik biogas
  
3.   Pembangkit listrik tenaga Angin
Pembangkit Listrik tenaga angin sudah sering kita dengar namun kita kurang tau bagaiman kelanjutannya di Indonesia ini. Bahkan kita juga tau bahwa di belanda yang dikenal sebagai kincir angin memanfaatkan sumber energi ini untuk keperluan mereka.
Indonesia-pun dapat memanfaatkan energi angin ini. Kita memiliki garis pantai yang sangat panjang. Dimana di pantai akan ada perbedaan tekanan dan suhu yang membuat di pantai angin berhembus kencang.
Pembangkit jenis ini akan cocok digunakan di pesisir pantai Indonesia, seperti di tempat2 wisata pantai yang belum terjangkau listrik. Angin laut yang berhembus kencang akan mampu memutar baling-baling seperti pada Pantai Baru, Ngentak, Poncosari, Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Hasil gambar untuk listrik angin



4.   Pembangkit Listrik tenaga Air  : Mikro Hidro
Pembangkit Listrik tenaga air sudah menjadi pembangkit umum di indonesia. Namun permasalahan dalam pembangkit ini adalah perlunya sumber air yang besar untuk dapat menghasilkan listrik yang optimal. Diperlukan semacam waduk untuk membuat PLTA dan ini tentunya tidak dapat dibuat begitu saja. Oleh karena itulah pembangkit listrik yang memerlukan pasokan air lebih ini dapat menjadi solusi. Seperti penggunaan sungai air deras atau air terjun untuk menghasilkan listrik.
Pembangkit listrik ini akan cocok digunakan di daerah daerah pedalaman pegunungan yang memiliki air terjun, atau didaerah dengan sungai-sungainya yang besar seperti kalimantan dan sumatera.
Hasil gambar untuk listrik tenagaair
Dari empat alternative di atas saya ingin memilih salah satu aplikasi yang dapat digunakan adalah tenaga surya. Berada di garis khatulistiwa, dengan tingkat penyinaran matahari sepanjang tahun, maka akses penggunaan energi listrik dapat dilakukan secara optimal.
Energi surya, relatif lebih mudah diaplikasikan jika dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya. Dengan hanya menggunakan panel surya 2,5 Wp, yang memiliki dimensi kurang dari 0,1 m² dan berat kurang dari 5 kg, masyarakat desa sudah mampu menyalakan sebuah lampu penerangan. Sistem ini pun dapat dibawa dengan mudah kemanapun.
Untuk kapasitas yang lebih besar, panel surya dapat diaplikasikan sesuai dengan kondisi lingkungan desa. Modul panel surya dapat diletakkan di atas atap rumah, di pekarangan sebagai bale-bale, terpasang menyatu dengan lahan pertanian atau lahan kebun, terpasang di balai desa atau masjid, dan lain sebagainya.Dan bahkan, panel surya dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan desa, mulai dari kebutuhan untuk penerangan rumah, listrik untuk internet sekolah, listrik untuk akses informasi di balai desa, listrik untuk irigasi, listrik untuk penerangan jalan, listrik untuk mushola, listrik untuk menangkap ikan, listrik untuk menangkap hama, dan masih banyak lagi aplikasi lainnya.