LISTRIK
PINTAR TANPA PLN
Indonesia
memiliki sumber daya energi terbarukan yang berlimpah, seperti energi matahari,
energi angin, energi air, energi gelombang laut, dan lain sebagainya.
Sumber-sumber ini terdapat di lingkungan desa dan dapat diakses dengan mudah
oleh masyarakat desa. Oleh karena itu, pengembangan listrik untuk desa dengan
energi terbarukan, merupakan solusi untuk menjawab akses listrik untuk desa
yang cukup rendah.Setiap desa memiliki karakter dan kebutuhan yang mungkin
berlainan satu sama lainnya. Namun semua kebutuhan tersebut dapat hanya
dipenuhi oleh pembangkit listrik dari tenaga surya. Berikut adalah cara untuk
mengetahui kebutuhan listrik untuk desa:
- Tentukan kebutuhan peruntukan listrik, misalkan apakah listrik untuk perorangan, komunitas atau desa secara keseluruhan? Apakah listrik hanya untuk penerangan atau diperuntukkan untuk alat lain, seperti komputer, pompa air, dan lain sebagainya?
- Tentukan besaran total kapasitas yang digunakan. Misalkan penerangan rumah memerlukan lampu 3 unit LED 3 watt yang digunakan 12 jam malam hari, sehingga total kapasitas adalah 108 watt/hari. Atau pompa air untuk irigasi dengan daya 300 watt digunakan 4 jam setiap hari, sehingga total kapasitas perhari adalah 1200 watt/hari.
- Selalu ingat bahwa penyinaran matahari di Indonesia adalah 4 jam. Beberapa daerah kota besar, memiliki penyinaran hanya 3 jam, dan beberapa daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa memiliki waktu penyinaran hingga 5 jam. Namun 4 jam penyinaran, dapat menjadi standar acuan.
- Untuk memperoleh hitungan kapasitas sementara sistem panel surya terpasang, cukup bagi total kapasitas dengan 4 jam penyinaran. Misalnya untuk penerangan 108 watt/hari, jika dibagi 4 maka didapat angka 27. Maka angka 27 tersebut dapat diartikan sebagai 27 Wp kapasitas panel surya.
- Tentukan lokasi pemasangan. Jika sistem panel surya terpasang di atap, maka biayanya akan cenderung lebih tinggi dibanding hanya diletakkan di atas tanah. Kapasitas panel surya yang lebih besar membutuhkan lahan yang lebih luas, dan lain sebagainya.
5
poin diatas adalah penting diketahui untuk menghitung kebutuhan listrik untuk
desa. Gunakan informasi diatas untuk berkomunikasi dengan penyedia produk
sistem panel surya.
Alternati Pembangkit tenaga listrik :
Indonesia
dengan kekayaan alam yang melimpah pastinya memiliki potensi untuk dapat
menghasilkan energi listrik. Tidak hanya dengan menggunakan sumber bahan bakar
minyak, tapi bisa dengan berbagai alternatif bahan bakar yang disediakan
nusantara ini.
Beberapa
alternatif Pembangkit Listrik yang dapat digunakan oleh masyarakat seperti
:
1.
Pembangkit Listrik tenaga Matahari
Sebagai negara dengan iklim tropis,
ketersediaan sinar matahari sangat bagus dan berlangsung lama. Negara kita
sangat luas, berada di khatulistiwa yang bisa membuat siang hari terasa sangat
panas. Sangat disayangkan bila kita tak bisa memanfaatkan sumber alam
terbarukan ini.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terdiri dari Solar Cell yang memanfaatkan matahari sebagai sumber energinya.
Teknologi ini sudah ditemukan sejak tahun 1941 dan diaplikasikan oleh NASA dan
militer Amerika Serikat. Energi Surya dapat diaplikasikan di hampir semua
peralatan yang menggunakan listrik: aplikasi rumah tangga (lampu, radio,
TV, DVD player, parabola, komputer, kipas angin, rice cooker, kulkas, pompa
air, air conditioner), aplikasi pertanian dan peternakan.
Mungkin kendala yang saat ini
terjadi adalah masih mahalnya biaya pembuatan pembangkit listrik bertenaga
surya ini karena harga komponennya yang masih mahal. Tapi bila komponen itu
dapat dibuat sendiri oleh anak bangsa, dengan bantuan pemerintah pastinya,
harga komponen tersebut dapat melancarkan usaha pembangunan pembangkit tenaga
surya ini.
Pembangkit jenis ini akan sangat
ccocok ditempatkan pada daerah luas didekat
khatulistiwa seperti di kalimantan dan sulawesi di pedalaman.
2.
Pembangkit listrik tenaga Biogas
Pembangkit listrik jenis ini sudah
semakin banyak kita temui di masyarakat, paling tidak dari surat kabar yang
memuatnya. Beberapa desa di Indonesia ada yang telah mengaplikasikan-nya secara
swasembada seperti di desa rantau sakti Riau dengan limbah sawit dan berbagai
daerah lain.
Pembangkit biogas ini secara umum
menggunakan materi organik sisa,
seperti kotoran sapi dll sebagai bahan dasar. Setelah itu akan ditambahkan
mikroorganisme tertentu untuk fermentasi Hasil dari fermentasi ini nantinya
adalah senyawa gas biometan yang dapat digunakan untuk menjalankan turbin
pembangkit tenaga listrik.
Pembangkit jenis ini akan dapat dimanfaatkan secara luas, mengingat di
setiap daerah pasti akan ada sampah. Seperti sampah perkebunan sawit, sampah
perkebunan tebu, sampah limbah peternakan, perikanan dan lain-lain.
3.
Pembangkit listrik tenaga Angin
Pembangkit Listrik tenaga angin
sudah sering kita dengar namun kita kurang tau bagaiman kelanjutannya di
Indonesia ini. Bahkan kita juga tau bahwa di belanda yang dikenal sebagai
kincir angin memanfaatkan sumber energi ini untuk keperluan mereka.
Indonesia-pun dapat memanfaatkan
energi angin ini. Kita memiliki garis pantai yang sangat panjang. Dimana di
pantai akan ada perbedaan tekanan dan suhu yang membuat di pantai angin
berhembus kencang.
Pembangkit jenis ini akan cocok
digunakan di pesisir pantai Indonesia,
seperti di tempat2 wisata pantai yang belum terjangkau listrik. Angin laut yang
berhembus kencang akan mampu memutar baling-baling seperti pada Pantai Baru, Ngentak,
Poncosari, Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
4. Pembangkit
Listrik tenaga Air : Mikro Hidro
Pembangkit Listrik tenaga air sudah
menjadi pembangkit umum di indonesia. Namun permasalahan dalam pembangkit ini
adalah perlunya sumber air yang besar untuk dapat menghasilkan listrik yang
optimal. Diperlukan semacam waduk untuk membuat PLTA dan ini tentunya tidak
dapat dibuat begitu saja. Oleh karena itulah pembangkit listrik yang memerlukan
pasokan air lebih ini dapat
menjadi solusi. Seperti penggunaan sungai air deras atau air terjun untuk
menghasilkan listrik.
Pembangkit listrik ini akan cocok
digunakan di daerah daerah pedalaman pegunungan yang memiliki air terjun, atau didaerah dengan
sungai-sungainya yang besar seperti kalimantan dan sumatera.
Dari empat alternative di atas saya
ingin memilih salah satu aplikasi yang dapat digunakan adalah tenaga surya.
Berada di garis khatulistiwa, dengan tingkat penyinaran matahari sepanjang
tahun, maka akses penggunaan energi listrik dapat dilakukan secara
optimal.
Energi
surya, relatif lebih mudah diaplikasikan jika dibandingkan dengan energi
terbarukan lainnya. Dengan hanya menggunakan panel surya 2,5 Wp, yang memiliki
dimensi kurang dari 0,1 m² dan berat kurang dari 5 kg, masyarakat desa
sudah mampu menyalakan sebuah lampu penerangan. Sistem ini pun dapat dibawa
dengan mudah kemanapun.
Untuk
kapasitas yang lebih besar, panel surya dapat diaplikasikan sesuai dengan
kondisi lingkungan desa. Modul panel surya dapat diletakkan di atas atap rumah,
di pekarangan sebagai bale-bale, terpasang menyatu dengan lahan pertanian atau
lahan kebun, terpasang di balai desa atau masjid, dan lain sebagainya.Dan
bahkan, panel surya dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan desa, mulai dari
kebutuhan untuk penerangan rumah, listrik untuk internet sekolah, listrik untuk
akses informasi di balai desa, listrik untuk irigasi, listrik untuk penerangan
jalan, listrik untuk mushola, listrik untuk menangkap ikan, listrik untuk
menangkap hama, dan masih banyak lagi aplikasi lainnya.