Sabtu, 17 Desember 2016

ILMU SOSIAL DASAR

PEMBANGUNAN STADION PAKANSARI

Pembangunan Stadion Pakansari, di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sudah rampung. Stadion megah itu bahkan sudah siap dipergunakan.Pada Rabu (16/3) lalu, stadion itu telah diresmikan. Pembangunan stadion di atas lahan 60 hektare itu hingga kini menghabiskan dana cukup fantastis yakni Rp803 miliar.Proyek tersebut di lelang dengan nilai proyek sebesar Rp. 125.661.592.000.Proyek ini di mulai pada tanggal 12 April 2012dan hingga saat ini (20/11) sudah 60%.Untuk area di luar stadion di kerjakan oeh PT Bonasa Jaya seluas 5000 m2 dan dimulai pada tanggal 5 Agustus dengan waktu kerja 148 hari.Pembangunan ini di awasi oleh PT Yodya Karya dan juga pemerintah baik Pemkab Bogor, Pemprov Jabar, maupun Pemerintah Pusat.
Stadion saat ini sudah dilengkapi dengan gerbang parkir elektronik yang sudah terpasang di halaman Stadion. Stadion berkapasitas penonton sekitar 31.000 orang itu sudah mulai digunakan untuk event daerah maupun nasional seperti perhelatan PON XIX Jawa Barat yang menjadi salah satu tempat venue pertandingan.Stadion Pakansari memiliki lahan parkir yang sangat luas dan mampu menampung ribuan dari mulai sepeda motor, mobil minibus dan mobil bus besar.Sesuai perencanaan pembangunan, kapasitas parkir kendaraan roda dua sekitar 3000 unit, kendaraan roda empat 6000 unit dan mobil bus sekitar 69 unit dan tarif parkir sampai saat ini belum ada ketentuan baku, namun masih dilakukan penyesuaian sambil menunggu proses pembangunan selesai.Sementara itu, hingga Minggu (30/10/2016) pembangunan di area lahan parkir Stadion Pakansari masih belum rampung. Sempat terjadi keterlambatan karena proyek tahap IV pembangunan Stadion Pakansari, mulai memasuki batas akhir. Tetapi, masih banyak yang belum selesai. Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, segera memanggil Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) Yusuf Sadeli untuk mempertanyakan progres pembangunan sarana olahraga tersebut.
Stadion Pakansari merupakan stadion bertaraf internasional, terbukti dengan adanya fasilitas seperti single seat, dua layar LED besar yang terpampang di tiap-tiap sudut belakang gawang. Tak hanya itu, Stadion Pakansari juga dilengkapi sarana atletik yang mengelilingi arena sepakbola, seperti lintasan lari, arena lempar lembing dan lompat jauh, yang berada di sisi lapangan.Stadion ini juga telah siap menggelar event-event olahraga bertaraf nasional. Bahkan stadion ini telah siap menjadi salah satu tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jawa Barat 2016.




























Senin, 31 Oktober 2016

LISTRIK PINTAR TANPA PLN



LISTRIK PINTAR TANPA PLN
Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang berlimpah, seperti energi matahari, energi angin, energi air, energi gelombang laut, dan lain sebagainya. Sumber-sumber ini terdapat di lingkungan desa dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat desa. Oleh karena itu, pengembangan listrik untuk desa dengan energi terbarukan, merupakan solusi untuk menjawab akses listrik untuk desa yang cukup rendah.Setiap desa memiliki karakter dan kebutuhan yang mungkin berlainan satu sama lainnya. Namun semua kebutuhan tersebut dapat hanya dipenuhi oleh pembangkit listrik dari tenaga surya. Berikut adalah cara untuk mengetahui kebutuhan listrik untuk desa:
  1. Tentukan kebutuhan peruntukan listrik, misalkan apakah listrik untuk perorangan, komunitas atau desa secara keseluruhan? Apakah listrik hanya untuk penerangan atau diperuntukkan untuk alat lain, seperti komputer, pompa air, dan lain sebagainya?
  2. Tentukan besaran total kapasitas yang digunakan. Misalkan penerangan rumah memerlukan lampu 3 unit LED 3 watt yang digunakan 12 jam malam hari, sehingga total kapasitas adalah 108 watt/hari. Atau pompa air untuk irigasi dengan daya 300 watt digunakan 4 jam setiap hari, sehingga total kapasitas perhari adalah 1200 watt/hari.
  3. Selalu ingat bahwa penyinaran matahari di Indonesia adalah 4 jam. Beberapa daerah kota besar, memiliki penyinaran hanya 3 jam, dan beberapa daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa memiliki waktu penyinaran hingga 5 jam. Namun 4 jam penyinaran, dapat menjadi standar acuan.
  4. Untuk memperoleh hitungan kapasitas sementara sistem panel surya terpasang, cukup bagi total kapasitas dengan 4 jam penyinaran. Misalnya untuk penerangan 108 watt/hari, jika dibagi 4 maka didapat angka 27. Maka angka 27 tersebut dapat diartikan sebagai 27 Wp kapasitas panel surya.
  5. Tentukan lokasi pemasangan. Jika sistem panel surya terpasang di atap, maka biayanya akan cenderung lebih tinggi dibanding hanya diletakkan di atas tanah. Kapasitas panel surya yang lebih besar membutuhkan lahan yang lebih luas, dan lain sebagainya.
5 poin diatas adalah penting diketahui untuk menghitung kebutuhan listrik untuk desa. Gunakan informasi diatas untuk berkomunikasi dengan penyedia produk sistem panel surya.
Alternati Pembangkit tenaga listrik :
Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah pastinya memiliki potensi untuk dapat menghasilkan energi listrik. Tidak hanya dengan menggunakan sumber bahan bakar minyak, tapi bisa dengan berbagai alternatif bahan bakar yang disediakan nusantara ini.
Beberapa alternatif Pembangkit Listrik yang dapat digunakan oleh masyarakat seperti :

1.   Pembangkit Listrik tenaga Matahari
Sebagai negara dengan iklim tropis, ketersediaan sinar matahari sangat bagus dan berlangsung lama. Negara kita sangat luas, berada di khatulistiwa yang bisa membuat siang hari terasa sangat panas. Sangat disayangkan bila kita tak bisa memanfaatkan sumber alam terbarukan ini.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terdiri dari Solar Cell yang memanfaatkan matahari sebagai sumber energinya. Teknologi ini sudah ditemukan sejak tahun 1941 dan diaplikasikan oleh NASA dan militer Amerika Serikat. Energi Surya dapat diaplikasikan di hampir semua peralatan yang menggunakan listrik: aplikasi rumah tangga (lampu, radio, TV, DVD player, parabola, komputer, kipas angin, rice cooker, kulkas, pompa air, air conditioner), aplikasi pertanian dan peternakan.
Mungkin kendala yang saat ini terjadi adalah masih mahalnya biaya pembuatan pembangkit listrik bertenaga surya ini karena harga komponennya yang masih mahal. Tapi bila komponen itu dapat dibuat sendiri oleh anak bangsa, dengan bantuan pemerintah pastinya, harga komponen tersebut dapat melancarkan usaha pembangunan pembangkit tenaga surya ini.
Pembangkit jenis ini akan sangat ccocok ditempatkan pada daerah luas didekat khatulistiwa seperti di kalimantan dan sulawesi di pedalaman.
Hasil gambar untuk sel surya

2.   Pembangkit listrik tenaga Biogas
Pembangkit listrik jenis ini sudah semakin banyak kita temui di masyarakat, paling tidak dari surat kabar yang memuatnya. Beberapa desa di Indonesia ada yang telah mengaplikasikan-nya secara swasembada seperti di desa rantau sakti Riau dengan limbah sawit dan berbagai daerah lain.
Pembangkit biogas ini secara umum menggunakan materi organik sisa, seperti kotoran sapi dll sebagai bahan dasar. Setelah itu akan ditambahkan mikroorganisme tertentu untuk fermentasi Hasil dari fermentasi ini nantinya adalah senyawa gas biometan yang dapat digunakan untuk menjalankan turbin pembangkit tenaga listrik.
Pembangkit jenis ini akan dapat dimanfaatkan secara luas, mengingat di setiap daerah pasti akan ada sampah. Seperti sampah perkebunan sawit, sampah perkebunan tebu, sampah limbah peternakan, perikanan dan lain-lain.
Hasil gambar untuk listrik biogas
  
3.   Pembangkit listrik tenaga Angin
Pembangkit Listrik tenaga angin sudah sering kita dengar namun kita kurang tau bagaiman kelanjutannya di Indonesia ini. Bahkan kita juga tau bahwa di belanda yang dikenal sebagai kincir angin memanfaatkan sumber energi ini untuk keperluan mereka.
Indonesia-pun dapat memanfaatkan energi angin ini. Kita memiliki garis pantai yang sangat panjang. Dimana di pantai akan ada perbedaan tekanan dan suhu yang membuat di pantai angin berhembus kencang.
Pembangkit jenis ini akan cocok digunakan di pesisir pantai Indonesia, seperti di tempat2 wisata pantai yang belum terjangkau listrik. Angin laut yang berhembus kencang akan mampu memutar baling-baling seperti pada Pantai Baru, Ngentak, Poncosari, Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Hasil gambar untuk listrik angin



4.   Pembangkit Listrik tenaga Air  : Mikro Hidro
Pembangkit Listrik tenaga air sudah menjadi pembangkit umum di indonesia. Namun permasalahan dalam pembangkit ini adalah perlunya sumber air yang besar untuk dapat menghasilkan listrik yang optimal. Diperlukan semacam waduk untuk membuat PLTA dan ini tentunya tidak dapat dibuat begitu saja. Oleh karena itulah pembangkit listrik yang memerlukan pasokan air lebih ini dapat menjadi solusi. Seperti penggunaan sungai air deras atau air terjun untuk menghasilkan listrik.
Pembangkit listrik ini akan cocok digunakan di daerah daerah pedalaman pegunungan yang memiliki air terjun, atau didaerah dengan sungai-sungainya yang besar seperti kalimantan dan sumatera.
Hasil gambar untuk listrik tenagaair
Dari empat alternative di atas saya ingin memilih salah satu aplikasi yang dapat digunakan adalah tenaga surya. Berada di garis khatulistiwa, dengan tingkat penyinaran matahari sepanjang tahun, maka akses penggunaan energi listrik dapat dilakukan secara optimal.
Energi surya, relatif lebih mudah diaplikasikan jika dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya. Dengan hanya menggunakan panel surya 2,5 Wp, yang memiliki dimensi kurang dari 0,1 m² dan berat kurang dari 5 kg, masyarakat desa sudah mampu menyalakan sebuah lampu penerangan. Sistem ini pun dapat dibawa dengan mudah kemanapun.
Untuk kapasitas yang lebih besar, panel surya dapat diaplikasikan sesuai dengan kondisi lingkungan desa. Modul panel surya dapat diletakkan di atas atap rumah, di pekarangan sebagai bale-bale, terpasang menyatu dengan lahan pertanian atau lahan kebun, terpasang di balai desa atau masjid, dan lain sebagainya.Dan bahkan, panel surya dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan desa, mulai dari kebutuhan untuk penerangan rumah, listrik untuk internet sekolah, listrik untuk akses informasi di balai desa, listrik untuk irigasi, listrik untuk penerangan jalan, listrik untuk mushola, listrik untuk menangkap ikan, listrik untuk menangkap hama, dan masih banyak lagi aplikasi lainnya.

Jumat, 30 September 2016

Tugas Ilmu Sosial Dasar

Kebudayaan Hindu-Buddha, Islam, dan Barat di Indonesia

A. KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
·              Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
·              Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
·              Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
·              Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan. Tasawuf, adalah Ajaran ketuhanan yang di campur dengan ilmu-ilmu magic dan hal-hal yang berbau mistis yang berfungsi untuk pengobatan, biasanya di sesuaikan dengan pola pikir yang berorientasi pada Hindu-Budha sehingga di sesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan masyarakat sekitar.
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah:
a)       Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,
b)      Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
c)       Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.
Ø  Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:
Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.
Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:
Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:
1.       Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.
2.       Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
3.       Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Caturwarna yaitu:
1.       Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.
2.       Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
3.       Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
4.       Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar kasta yang telah melanggar aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa mencapai puncak nirwana.
Ø Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
·         Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.
·         Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
·         Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
·         Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.
·         Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
·         Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau Astavidha yaitu:
·         Pandangan yang benar.
·         Niat yang benar.
·         Perkataan yang benar.
·         Perbuatan yang benar.
·         Penghidupan yang benar.
·         Usaha yang benar.
·         Perhatian yang benar.
·         Bersemedi yang benar.
Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu:
·         Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
·         Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.
·         Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu:
·         Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.
·         Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
·         Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali.
·         Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.

B. KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
Islam di bawa oleh para Pedagang Gujarat (India)
Pendukungnya yaitu : Snouck Hourgonye ; W.F. Stutterheim ; Bernard H.M. Ulekke
Bukti :
·              Di temukan makam nisan Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297.
·              Muncul istilah jirat = paes = nisan = patok, yang berasal dari Gujarat.
·              Berdasarkan berita Marcopolo di sebutkan pada saat singgah di Samudra Pasai ia menemukan masyarakat sekitar sudah menganut agama Islam.
Islam di bawa oleh para Pedagang Persia (Iran)
Pendukungnya yaitu : Umar Amir Husein ; Husein Djayadiningrat
Bukti :
·         Adanya Upacara Tabut di Minangkabau
·         Penemuan makam Fatimah binti Maulana, di Leran, Gresik Jawa Timur.
·         “Leran” jika di Indonesia nama sebuah kampung/desa, namun di Persia/Iran adalah nama suku bangsa.
Islam di bawa oleh para Pedagang Arab/Mesir
Dikemukakan oleh Hamka
Bukti:
·         Terdapatnya kesamaan gelar H. Malik yang digunakan di Samudra Pasai.
·         Terdapatnya kesamaan mahzab yaitu mahzab Syafii di gunakan di Samudra Pasai.
Faktor Islam Cepat Berkembang
1.       Syarat masuk Islam sangat mudah yaitu hanya membaca 2 kalimat Syahadat.
2.       Islam menyebar ke Indonsia di sesuaikan tradisi pada saat itu.
3.       Islam tidak mengenal kasta/strata sosial.
4.       Penyebaran Islam dilakukan secara damai.
5.       Tata upacara peribadatan Islam sangat sederhana.
6.       Upacara dalam Islam pun sangat sederhana.

Perkembangan Budaya Islam Di Indonesia
ü  Akulturasi
Contoh wujud Akulturasi Budaya Islam + Indonesia
Bidang Bangunan
Contohnya Masjid
Cirinya: atap tumpang, pondasi agak tinggi,adanya parit/kolam, adanya serambi, bedug, kaligrafi, menara, gerbang
Makam
Cirinya: cungkum (rumah makam), di tempat tinggi, nisan, hiasan kaligrafi.
ü  Seni Sastra
–          Hikayat
Cerita/dongeng karya sastra melayu berbentuk prosa yang memuat peristiwa luar biasa yang tidak masuk akal sering bertitik tolak dari peristiwa sejarah.
Contoh: Amir Hamzah, Hikayat si Miskin.
–          Babad
Cerita Sejarah yang lebih bersifat dongeng merupakaan rekaan pujangga keraton yang dianggap sebagai peristiwa sejarah.
Contoh: Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon.
–          Suluk
Kitab yang mencerminkan masalah tasawuf yaitu jalan kearah kesempurnaan batin.
Contoh: Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Malang Sumbing.
–          Primbon
Ramalan-ramalan jawa.
C. KEBUDAYAAN BARAT DI INDONESIA
ü  Pengertian
Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya ”Filsafat Kebudayan Politik”, membedakan tiga macam Kebudayaan Barat Modern:
a. Kebudayaan Teknologi Modern
Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.
Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.
Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat instumental.
b. Kebudayaan Modern Tiruan
Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).
Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan batin.
Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.
c. Kebudayaan-Kebudayaan Barat
Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas mereka masing-masing. Meskipun di mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola.Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan demikian belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya, apakah paham tanggung jawabnya (Suseno; 1992).

ü  Pengaruh Budaya Asing di Indonesia
Dari sekian banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia, diantaranya adalah budaya barat. Barat, sesuai namanya, merupakan produk perkembangan di bilangan barat dunia yang menekankan individualitas dan kebebasan. Sementara Indonesia merupakan bagian bangsa timur yang menghendaki harmoni, komando, dan kolektivitas.
Bangsa Barat yang memberikan pengaruh cukup membekas adalah Portugis dan Belanda. Terutama Belanda, budaya bangsa-bangsa ini sebagiannya telah terserap dan masuk ke dalam struktur budaya bangsa Indonesia.
Sesungguhnya, terdapat sejumlah pengaruh “Barat” yang hingga kini terus membekas di dalam struktur kebudayaan Indonesia. Utamanya di dalam sistem pendidikan Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu komponen nonmaterial kebudayaan yang punya peran signifikan dalam melestarikan suatu budaya. Selain pendidikan, mekanisme administratif pemerintahan negara barat yang pernah menjajah Indonesia, yaitu Belanda juga punya pengaruh tersendiri dalam pembentukan sistem sosial (politik) Indonesia.
Tidak hanya Negara barat saja yang mempengaruhi, tetapi negara-negara Timur seperti Cina dan Jepang pun memberikan derajat pengaruh tertentu bagi perkembangan sistem sosial dan budaya Indonesia. Jepang tentu saja, memberikan pengaruh , yaitu lewat penjajahan singkat mereka atas Indonesia. Sementara Cina, yang telah punya hubungan dengan kepulauan nusantara jauh sebelum Islam menyentuh Indonesia, dan telah membentuk derajat pengaruh tersendiri.
Sedangkan sekarang ini, kebiasaan-kebiasaan orang barat yang telah membudaya hampir dapat kita saksikan setiap hari melalui media elektronik dan cetak yang celakanya kebudayaan orang-orang barat tersebut yang sifatnya negatif dan cenderung merusak serta melanggar norma-norma ketimuran kita sehingga ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita terutama para remaja yang menginginkan kebebasan seperti orang-rang barat.
Contoh kebudayaan-kebudayaan barat tersebut dapat kita lihat dari cara mereka berpakaian dan mode, film, sampai pada pergaulan dengan lawan jenis.

ü  Dampak Kebudayaan Asing di Indonesia
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.
1.      Dampak Positif
a.         Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai
dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.
b.         Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c.         Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2.      Dampak Negatif
a.       Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b.      Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c.       Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, remaja lebih menyukai dance dan lagu barat dibandingkan tarian dari Indonesia dan lagu-lagu Indonesia, dan lainnya. Hal ini terjadi karena kita sebagai penerus bangsa tidak bangga terhadap sesutu milik bangsa.
d.      Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan social menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia.
Sumber:
ü  http://chokyboel.blogspot.co.id/2011/07/makalah-pengaruh-budaya-asing-di.html