Kebudayaan Hindu-Buddha, Islam, dan Barat di Indonesia
A. KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Pada permulaan
tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat
peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin
hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan
pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu
lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang
terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di
dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
·
Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti
India, Cina, Arab, dan Persia,
·
Kesempatan melakukan hubungan perdagangan
internasional terbuka lebar,
·
Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin
luas, dan
·
Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti
Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia
dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya
percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh
kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang
dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini
mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya
Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia
untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung
hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis
ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria.
Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan
antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh
menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula
yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha
mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula
terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah
seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
Menurut para
pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang
telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang
banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu
telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom
adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber
mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan
sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan
mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang
memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.Selain pendapat di
atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama
Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang
disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya.
Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung
kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu
dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua
pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di
daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai
langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli
memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang
persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan
prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan
prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan
Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha
dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa
aspek kehidupan.
1. Agama
Ketika memasuki
zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan
dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama
Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut
membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama,
upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan. Tasawuf, adalah Ajaran
ketuhanan yang di campur dengan ilmu-ilmu magic dan hal-hal yang berbau mistis
yang berfungsi untuk pengobatan, biasanya di sesuaikan dengan pola pikir yang
berorientasi pada Hindu-Budha sehingga di sesuaikan dengan kondisi dan situasi
lingkungan masyarakat sekitar.
2. Pemerintahan
Sistem
pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang
luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan
kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai,
Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
Salah satu
tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut
berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita
memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas
yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar
berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan
hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu.
Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari
bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya
Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sastra
Berkembangnya
pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya
sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya
kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya
sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah:
a) Arjunawiwaha,
karya Mpu Kanwa,
b) Sutasoma,
karya Mpu Tantular, dan
c) Negarakertagama,
karya Mpu Prapanca.
Ø Agama Hindu
Agama Hindu
berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam
kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan”
yaitu:
Reg Weda, berisi syair
puji-pujian kepada para dewa.
Sama Weda, berisi
nyanyian-nyanyian suci.
Yajur Weda, berisi
mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
Atharwa Weda, berisi doa-doa
untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu
juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:
Kitab Brahmana, berisi ajaran
tentang hal-hal sesaji.
Kitab Upanishad, berisi ajaran
ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme
(menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa
Tertinggi” yaitu:
1. Dewa
Brahmana, sebagai dewa pencipta.
2. Dewa
Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
3. Dewa
Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula
dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat penting
untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk memasak dan
upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4
tingkatan atau kasta yang disebut Caturwarna yaitu:
1. Kasta
Brahmana, terdiri dari para pendeta.
2. Kasta
Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
3. Kasta
Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
4. Kasta
Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat
pula golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar kasta yang telah
melanggar aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat
yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa
serta Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa
mencapai puncak nirwana.
Ø Agama Buddha
Agama Buddha
diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang
raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah
sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu
Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapun
yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
·
Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan
hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.
·
Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau
ajaran dari sang Buddha.
·
Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang
soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan
Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
·
Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.
·
Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran
Buddha.
·
Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk
Buddha.
Disamping itu agar orang dapat
mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau Astavidha
yaitu:
·
Pandangan yang benar.
·
Niat yang benar.
·
Perkataan yang benar.
·
Perbuatan yang benar.
·
Penghidupan yang benar.
·
Usaha yang benar.
·
Perhatian yang benar.
·
Bersemedi yang benar.
Karena munculnya berbagai
penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama
Buddha yaitu:
·
Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat
mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
·
Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai
nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.
·
Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang
dianggap suci dan keramat yaitu:
·
Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.
·
Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi
dan memperoleh Bodhi.
·
Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha
mengajarkan ajarannya pertama kali.
·
Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.
B. KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
Islam di bawa
oleh para Pedagang Gujarat (India)
Pendukungnya yaitu
: Snouck Hourgonye ; W.F. Stutterheim ; Bernard H.M. Ulekke
Bukti :
·
Di temukan makam nisan Sultan Malik Al-Saleh
yang berangka tahun 1297.
·
Muncul istilah jirat = paes = nisan = patok,
yang berasal dari Gujarat.
·
Berdasarkan berita Marcopolo di sebutkan pada
saat singgah di Samudra Pasai ia menemukan masyarakat sekitar sudah menganut
agama Islam.
Islam di bawa oleh para Pedagang
Persia (Iran)
Pendukungnya yaitu : Umar
Amir Husein ; Husein Djayadiningrat
Bukti :
·
Adanya Upacara Tabut di Minangkabau
·
Penemuan makam Fatimah binti Maulana, di Leran,
Gresik Jawa Timur.
·
“Leran” jika di Indonesia nama sebuah
kampung/desa, namun di Persia/Iran adalah nama suku bangsa.
Islam di bawa oleh para Pedagang
Arab/Mesir
Dikemukakan oleh Hamka
Bukti:
·
Terdapatnya kesamaan gelar H. Malik yang
digunakan di Samudra Pasai.
·
Terdapatnya kesamaan mahzab yaitu mahzab Syafii
di gunakan di Samudra Pasai.
Faktor Islam Cepat Berkembang
1. Syarat
masuk Islam sangat mudah yaitu hanya membaca 2 kalimat Syahadat.
2. Islam
menyebar ke Indonsia di sesuaikan tradisi pada saat itu.
3. Islam
tidak mengenal kasta/strata sosial.
4. Penyebaran
Islam dilakukan secara damai.
5. Tata
upacara peribadatan Islam sangat sederhana.
6. Upacara
dalam Islam pun sangat sederhana.
Perkembangan Budaya Islam Di
Indonesia
ü Akulturasi
Contoh wujud Akulturasi Budaya
Islam + Indonesia
Bidang Bangunan
Contohnya Masjid
Cirinya: atap tumpang, pondasi
agak tinggi,adanya parit/kolam, adanya serambi, bedug, kaligrafi, menara,
gerbang
Makam
Cirinya: cungkum (rumah makam),
di tempat tinggi, nisan, hiasan kaligrafi.
ü Seni
Sastra
– Hikayat
Cerita/dongeng karya sastra
melayu berbentuk prosa yang memuat peristiwa luar biasa yang tidak masuk akal
sering bertitik tolak dari peristiwa sejarah.
Contoh: Amir Hamzah, Hikayat si
Miskin.
– Babad
Cerita Sejarah yang lebih
bersifat dongeng merupakaan rekaan pujangga keraton yang dianggap sebagai
peristiwa sejarah.
Contoh: Babad Tanah Jawi, Babad
Cirebon.
– Suluk
Kitab yang mencerminkan masalah
tasawuf yaitu jalan kearah kesempurnaan batin.
Contoh: Suluk Sukarsa, Suluk
Wujil, dan Malang Sumbing.
– Primbon
Ramalan-ramalan jawa.
C. KEBUDAYAAN BARAT DI
INDONESIA
ü Pengertian
Menurut Frans Magnis Suseno dalam
bukunya ”Filsafat Kebudayan Politik”, membedakan tiga macam Kebudayaan Barat
Modern:
a. Kebudayaan Teknologi Modern
Pertama kita
harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis
Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan
tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan
wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh
semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.
Kebudayaan Tekonologis Modern
merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula
penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan
pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi,
melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan
teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan
angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir
semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern
dalam pembuatannya.
Kebudayaan Teknologis Modern itu
kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau
tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang
Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam
Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau
memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka
masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat
instumental.
b. Kebudayaan Modern Tiruan
Dari kebudayaan
Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai
Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam
lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan
kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah
saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan
supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).
Di lapangan terbang internasional
orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan:
tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng
dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin
pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada
hubungan batin.
Kebudayaan Modern Tiruan hidup
dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern,
ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan
sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong
karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita,
pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin
kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata,
melainkan tiruan, blasteran.
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini
adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau
ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan
Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati
sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki
sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di
KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food
dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.
c. Kebudayaan-Kebudayaan Barat
Kita keliru
apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat Modern. Kebudayaan
Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan hatinya, bukan
pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan Barat, seperti
ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan tetapi ia belum mencaploknya.
Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga Amerika Serikat masih
mempertahankan kebudayaan khas mereka masing-masing. Meskipun di mana-mana
orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola.Orang
yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan
demikian belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti
bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera
estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya,
apakah paham tanggung jawabnya (Suseno; 1992).
ü Pengaruh Budaya Asing di Indonesia
Dari sekian banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia,
diantaranya adalah budaya barat. Barat, sesuai namanya, merupakan produk
perkembangan di bilangan barat dunia yang menekankan individualitas dan
kebebasan. Sementara Indonesia merupakan bagian bangsa timur yang menghendaki
harmoni, komando, dan kolektivitas.
Bangsa Barat yang memberikan pengaruh cukup membekas adalah
Portugis dan Belanda. Terutama Belanda, budaya bangsa-bangsa ini sebagiannya
telah terserap dan masuk ke dalam struktur budaya bangsa Indonesia.
Sesungguhnya, terdapat sejumlah pengaruh “Barat” yang hingga
kini terus membekas di dalam struktur kebudayaan Indonesia. Utamanya di dalam
sistem pendidikan Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu komponen
nonmaterial kebudayaan yang punya peran signifikan dalam melestarikan suatu
budaya. Selain pendidikan, mekanisme administratif pemerintahan negara barat
yang pernah menjajah Indonesia, yaitu Belanda juga punya pengaruh tersendiri
dalam pembentukan sistem sosial (politik) Indonesia.
Tidak hanya Negara barat saja yang mempengaruhi, tetapi
negara-negara Timur seperti Cina dan Jepang pun memberikan derajat pengaruh
tertentu bagi perkembangan sistem sosial dan budaya Indonesia. Jepang tentu
saja, memberikan pengaruh , yaitu lewat penjajahan singkat mereka atas
Indonesia. Sementara Cina, yang telah punya hubungan dengan kepulauan nusantara
jauh sebelum Islam menyentuh Indonesia, dan telah membentuk derajat pengaruh
tersendiri.
Sedangkan sekarang ini, kebiasaan-kebiasaan orang barat yang
telah membudaya hampir dapat kita saksikan setiap hari melalui media elektronik
dan cetak yang celakanya kebudayaan orang-orang barat tersebut yang sifatnya
negatif dan cenderung merusak serta melanggar norma-norma ketimuran kita
sehingga ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita terutama para remaja yang
menginginkan kebebasan seperti orang-rang barat.
Contoh kebudayaan-kebudayaan barat tersebut dapat kita lihat
dari cara mereka berpakaian dan mode, film, sampai pada pergaulan dengan lawan
jenis.
ü Dampak Kebudayaan Asing di Indonesia
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi
yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai
bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya
dan lain- lain akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.
1.
Dampak Positif
a. Perubahan
Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran
nilai
dan
sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.
b.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi
lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat
Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya
industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih
merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2.
Dampak Negatif
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan
industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah.
Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak
pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat
merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang
mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup
Kebarat-baratan
Tidak
semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat
kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, remaja lebih menyukai dance dan lagu barat dibandingkan
tarian dari Indonesia dan lagu-lagu Indonesia, dan lainnya. Hal ini terjadi
karena kita sebagai penerus bangsa tidak bangga terhadap sesutu milik bangsa.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila
dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang
pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan
kesenjangan sosial. Kesenjangan social menyebabkan
adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat mungkin bias merusak
kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia.
Sumber:
ü http://chokyboel.blogspot.co.id/2011/07/makalah-pengaruh-budaya-asing-di.html